Selfie Maut Semarang di Sungai Kaligarang
Gambar Tim Sar Mencari Korban Selfie Kaligarang
SEMARANG, TRIBUNJATENG.COM Pencarian tim SAR gabungan terhadap para korban swafoto atau foto selfie maut di Sungai Kaligarang, Kota Semarang, membuahkan hasil, Jumat (4/3) sore.
Setelah pencarian selama dua hari, akhirnya seluruh korban ditemukan. Jasad korban terakhir, Johan Bagas (16), ditemukan di daerah Kokrosono, sekitar 10 kilometer dari tempat dia tenggelam.
Tubuh pemuda asal Manyaran, Semarang Barat, tersebut mengambang terbawa arus, Jumat sekitar pukul 15.30. Selanjutnya jasad korban dibawa ke kamar jenazah RSUP Dr Kariadi.
"Korban terakhir atas nama Johan Bagas kami temukan dalam kondisi meninggal dunia," kata Humas Basarnas Kantor SAR Semarang, Maulana Affandi.
Pada hari yang sama, Jumat pagi, tim SAR telah menemukan dua jenazah rekan Johan terlebih dahulu. Tim SAR bersama Brimob Polda Jateng menemukan mayat Yuliana (14), warga Tawangmas, Semarang Barat, sekitar pukul 07.50, sekitar 50 meter dari lokasi awal hanyut.
Setelah itu, korban tewas kedua, Istiada atau Iis (14), warga Tawangngaglik, tersangkut ranting di Tugu Suharto, sekitar lima kilometer dari lokasi hanyut.
"Dengan penemuan ketiga korban, maka operasi pencarian kami tutup," kata Kepala Basarnas Kantor SAR Semarang, Agus Haryono.
Sebelumnya diberitakan, tiga remaja hanyut di Kali Garang, tepatnya di dekat Hutan Wisata Tinjomoyo. Mereka terseret arus saat sedang berfoto-foto di pinggir sungai. Ketiga remaja itu adalah Johan Bagas Satria, Istianah, dan Yuliana, mereka merupakan siswa Madrasah Tsanawiah (MTs) Al Khoiriyah, Kota Semarang.
Saat kejadian, sebenarnya mereka berenam. Tiga teman mereka selamat dari maut. Ketiga korban selamat, yakni Mayaleta (15), Mirza Rohul Ibrahim, (16) serta Nur Wakhidah Putri (15).
"Kami berenam (saat kejadian itu--Red), dua laki laki dan empat perempuan. Yang hanyut itu dua perempuan dan satu laki-laki," kata Rohul, korban selamat.
Waspadai bah
SAR Kota Semarang mengimbau agar masyarakat mewaspadai ancaman datangnya air bah secara tiba-tiba di Sungai Kaligarang, terutama saat musim penghujan.
Humas Kantor SAR Semarang Maulana Affandi mengatakan, Sungai Kaligarang selama ini dipakai untuk aktivitas warga, seperti kegiatan MCK (mandi-cuci-kakus), bermain anak, dan mencari ikan.
Sayangnya, pelaksanaan kegiatan itu tidak dibarengi dengan kesadaran dan pengetahuan masyarakat terhadap tenda-tanda turunnya air bah yang sewaktu-waktu bisa datang dan mengancam keselamatan mereka.
"Di Semarang mungkin terlihat terang dan cuaca cerah sehingga mereka menganggap beraktivitas di sungai aman. Tapi siapa tahu, di wilayah hulu hujan deras yang mengakibatkan permukaan air sungai naik. Mereka tidak siap ketika air bah dari hulu tiba-tiba meluncur ke arah mereka," katanya.
Oleh karena itu, dia mengimbau agar warga yang suka beraktivitas di sungai mewaspadai turunnya air bah yang datang mendadak. Pertandanya, jika air telah berubah menjadi keruh dan permukaan air sungai meningkat, warga diimbau untuk meninggalkan aktivitas di sungai untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Dia mencontohkan, insiden hanyutnya enam remaja di Sungai Kaligarang, yang melintas di Hutan Tinjomoyo, diduga karena mereka terseret air bah yang meluncur deras dari wilayah hulu. Padahal, saat peristiwa terjadi, cuaca di wilayah setempat sedang cerah.
Diduga, wilayah hulu saat itu tengah terjadi hujan lebat sehingga permukaan air sungai di hulu meningkat dan mengalir deras ke bawah.
Insiden warga yang hanyut terseret arus Sungai Kaligarang bukan kali ini saja terjadi. Awal Januari lalu, seorang ibu dan anaknya terseret arus saat mencuci di anak Sungai Kaligarang. Dalam kejadian itu, sang anak tewas. (lyz/gpe/aqy)
Sumber : Tribunjateng.com
0 komentar:
Posting Komentar